Sabtu, 30 Juni 2012

Benarkah Lagu Selamat Ulang tahun itu Sesat ?


Benarkah Lagu Selamat Ulang tahun itu Sesat ?

Agan tentunya tahu kan lagu Selamat Ulang Tahun . Lagu yang biasa kita nyanyikan padasaat perayaan Ultah . Ini dia liriknya .
Selamat
Ulang tahun,
Kami ucapkan.
Selamat
Panjang umur!
Kita 'kan doakan.
Selamat
Sejahtera, sehat sentosa!!
Selamat panjang umur
dan bahagia!
tiup lilinnya , tiup lilinnya
tiup lilinnya sekarang juga , sekarang juga , sekarang juga
potong kuenya , potong kuenya
potong kuenya sekarang juga , sekarang juga , sekarang juga
Nah ternyata dibalik lagu itu ada kesalahan . Kesalahannya yaitu

KESALAHAN:
Kenapa yang ditiup LILINnya, seharusnya kan API nya gan . Bener nggak gan ?

Kamis, 28 Juni 2012

RENUNGAN KITA SEMUA.. DIMANAKAH HATI NURANI..??


RENUNGAN KITA SEMUA..
DIMANAKAH HATI NURANI..??

Posted by : Cerita Bermakna Artha ( http://www.facebook.com/groups/220179231384027/ )

Terjadi Di Jakarta !!!,
Ayah Menggendong Mayat Anaknya Dari RSCM Ke Bogor
Karena Tak Mampu Bayar Ambulan !!

Penumpang kereta rel listrik (krl) jurusan Jakarta – Bogor pun geger,
Sebab, mereka tahu bahwa seorang pemulung bernama Supriono (38 thn)
tengah menggendong mayat anak, khaerunisa (3 thn).

Supriono akan memakamkan si kecil di kampung Kramat, Bogor dengan menggunakan jasa krl.
Tapi di stasiun tebet, supriono dipaksa turun dari kereta,
lantas dibawa ke kantor polisi karena dicurigai si anak adalah korban kejahatan.
Tapi di kantor polisi, Supriono mengatakan si anak tewas karena penyakit muntaber. Polisi belum langsung percaya dan memaksa supriono membawa jenazah itu ke RSCM untuk diautopsi.

Di RSCM, Supriono menjelaskan bahwa khaerunisa sudah empat hari terserang muntaber.
Dia sudah membawa khaerunisa untuk berobat ke puskesmas kecamatan setiabudi.

Saya hanya sekali bawa khaerunisa ke puskesmas,
saya tidak punya uang untuk membawanya lagi ke puskesmas,
meski biaya hanya rp 4.000,- saya hanya pemulung kardus,
gelas dan botol plastik yang penghasilannya hanya rp 10.000,- per hari.
Ujar bapak 2 anak yang mengaku tinggal di kolong perlintasan rel ka di cikini itu.

Supriono hanya bisa berharap Khaerunisa sembuh dengan sendirinya.
Selama sakit khaerunisa terkadang masih mengikuti ayah dan kakaknya,
muriski saleh (6 thn), untuk memulung kardus di manggarai hingga salemba,
meski hanya terbaring digerobak ayahnya.

Karena tidak kuasa melawan penyakitnya, akhirnya khaerunisa menghembuskan nafas terakhirnya

Khaerunisa meninggal di depan sang ayah, dengan terbaring di dalam gerobak yang kotor itu,
di sela-sela kardus yang bau. Tak ada siapa-siapa, kecuali sang bapak dan kakaknya. Supriono dan muriski termangu.
Uang di saku tinggal rp 6.000,- tak mungkin cukup beli kain kafan untuk membungkus mayat si kecil dengan layak,
apalagi sampai harus menyewa ambulans.
Khaerunisa masih terbaring di gerobak. Supriono mengajak musriki berjalan menyorong gerobak berisikan mayat itu dari manggarai hingga ke stasiun tebet, supriono berniat menguburkan anaknya di kampong pemulung di kramat, bogor.
Ia berharap di sana mendapatkan bantuan dari sesama pemulung.

Pukul 10.00 yang mulai terik, gerobak mayat itu tiba di stasiun tebet.

Yang tersisa hanyalah sarung kucel yang kemudian dipakai
membungkus jenazah si kecil.
Kepala mayat anak yang dicinta itu dibiarkan terbuka,
biar orang tak tahu kalau khaerunisa sudah menghadap sang khalik.
Dengan menggandeng si sulung yang berusia 6 thn,
Supriono menggendong Khaerunisa menuju stasiun.
Ketika krl jurusan bogor datang,
tiba-tiba seorang pedagang menghampiri supriono dan
menanyakan anaknya.
Lalu dijelaskan oleh Supriono bahwa anaknya telah meninggal dan
akan dibawa ke Bogor spontan penumpang krl yang
mendengar penjelasan supriono langsung berkerumun dan
supriono langsung dibawa ke kantor polisi Tebet.
Polisi menyuruh agar supriono membawa anaknya ke RSCM dengan
menumpang ambulans hitam.

Supriono ngotot meminta agar mayat anaknya bisa segera dimakamkan.
Tapi dia hanya bisa tersandar di tembok ketika menantikan
surat permintaan pulang dari RSCM.
Sambil memandangi mayat khaerunisa yang terbujur kaku.
Hingga saat itu Muriski sang kakak yang belum mengerti kalau adiknya telah meninggal masih terus bermain sambil sesekali memegang tubuh adiknya.
Pukul 16.00, akhirnya petugas RSCM mengeluarkan surat tersebut,
lagi-lagi karena tidak punya uang untuk menyewa ambulans,
Supriono harus berjalan kaki menggendong mayat Khaerunisa
dengan kain sarung sambil menggandeng tangan Muriski.
Beberapa warga yang iba memberikan uang sekadarnya
untuk ongkos perjalanan ke Bogor.

Para pedagang di RSCM juga memberikan air minum kemasan
untuk bekal Supriono dan Muriski di perjalanan.


kawan ...
ak menangis mendengar cerita ini dan mengaku benar-benar terpukul dengan peristiwa yang sangat tragis tersebut karena
masyarakat dan aparat pemerintah saat ini sudah tidak lagi perduli
terhadap sesama.
Peristiwa itu adalah dosa masyarakat yang seharusnya
kita bertanggung jawab untuk mengurus jenazah khaerunisa.
Jangan bilang keluarga supriono tidak memiliki KTP atau KK atau
bahkan tempat tinggal dan alamat tetap.
Ini merupakan tamparan untuk bangsa Indonesia,



Copy paste,Sebarkan agar Pemerintah tahu nasib rakyat yg tidak mampu..!!!